MODEL DESAIN SISTEM PEMBELAJARAN BERORIENTASI PENCAPAIAN KOMPETENSI (DSI-PK)

Oleh: Usep Saepudin
A, LATAR BELAKANG
Pertama, lahirnya UU no. 22 tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah; Tap MPR No. IV/MPR/1999 tentang arah Kebijakan Pendidikan Di Masa Depan; UU No. 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintahan dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonom; serta lahirnya UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, berimplikasi pada kebijakan penyelenggaraan perubahan system pengelolaan pendidikan dari yang bersifat sentralistis ke desentralistik.
Kurikulum yang berorientasi pada pencapaian kompetensi, seperti KBK dan KTSP, lahir seiring dengan lahirnya berbagai kebijakan tersebut. Kurikulum berorientasi pada pencapaian kompetensi, merupakan upaya untuk mempersiapkan peserta didik agar memiliki kemampuan intelektual, emosional, spiritual dan social yang bermutu tinggi sesuai dengan kemampuan daerah masing-masing seperti yang digariskan dalam undang-undang dan peraturan pemerintah.
Atas dasar hal tersebut, maka kurikulum memberikan keleluasaan pada guru untuk berimprovisasi sesuai dengan karakteristik siswa dan kondisi daerah setempat. Dengan demikian setiap guru di sekolah harus mampu menjebarkan kurikulum secara kreatif dan inovatif ke dalam system instruksional sesuai dengan karakteristik siswa dan kondisi serta kebutuhan daerah.
Kedua, kurikulum berorientasi pada pencapaian kompetensi, memiliki perbedaan yang mendasar dibandingkan dengan kurikulum sebelumnya. Secara filosofis kurikulum ini lebih menekankan pada tujuan untuk membentuk manusia yanga memiliki kemampuan dasar (competency oriented) bukan manusia yang hanya menguasai bahan pelajaran (content oriented).
Ketiga, kurikulum yang berorientasi pada pencapaian kompetensi merupakan perangkat rencana dan pengaturan tetang kompetensi dan hasil belajar yang harus dicapai oleh siswa, penilaian, kegiatan belajar mengajar, dan pemberdayaan sumber daya pendidikan(Depdiknas 2002).
Dari pengertian di atas, maka jelas, dalam kurikulum ini terdapat sejumlah kompetensi yang harus dicapai oleh siswa sesuai dengan tingkatannya. Ada dua makna tersirat dalam kurikulum yang berorientasi pada pencapaian kompetensi. Pertama, mengharapkan adanya hasil dan dampak yang diharapkan muncul pada diri peserta didik melalui serangkaian pengalaman belajar yang bermakna. Kedua, memberikan peluang pada siswa sesuai dengan keberagaman yang dimiliki masing-masing.
Berdasarkan makna tersebut, maka kurikulum yang berorientasi pada pencapaian kompetensi memiliki tiga karakteristik utama. Pertama, memuat sejumlah kompetensi dasar yang harus dicapai oleh siswa. Kedua, Implementasi pembelajaran menekankan kepada proses pengalaman dengan memperhatikan keberagaman setiap individu. Ketiga, evaluasi kurikulum yang berorientasi pada pencapaian kompetensi menekankan pada evaluasi hasil belajar dan proses belajar.
Depdiknas (2002) mengemukakan karakteristik kurikulum yang berorientasi pada pencapaian kompetensi secara lebih rinci sebagai berikut:
a. Menenkankan kepada ketercapaian kompetensi siswa baik secara individual maupun klasikal
b. Berorientasi pada hasil belajar (learning outcames) dan keberagaman.
c. Penyampaian dalam pembelajaran menggunakan pendekatan dan metode yang bervariasi.
d. Sumber belajar bukan hanya guru, tetapi juga sumber belajar lainnyayang memenuhi unsur edukatif.
e. Penilaian menekankan pada proses dan hasil belajar dalam upaya penguasaan atau pencapaian suatu kompetensi
B. Model DSI-PK
Model Desain Sistem Instruksional Berorientasi Pencapaian Kompetensi (DSI-PK) adalah gambaran proses rancangan tentang pengembangan pembelajaran baik mengenai proses maupun bahan pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan dalam upaya pencapaian kompetensi.
Prosedur pengembangan DSI-PK terdiri dari tiga bagian penting, Pertama analisi kebutuhan, yakni proses penjaringan informasi tentang kompetensi yang dibutuhkan anak didik sesuai dengan jenjang pendidikan, meliputi dua hal pokok yakni analisis kebutuhan akademis dan kebutuhan nonakademis. Kebutuhan akademis adalah kebutuhan sesuai dengan tuntutan kurikulum, kebutuhan nonakademis adalah kebutuhan di luar kurikulum baik meliputi kebutuhan personal, kebutuhan social atau mungkin kebutuhan vokasional.
Kedua,adalah pengembangan, yakni proses mengorganisasikan materi pelajaran dan pengembangan proses pembelajaran. Materi pelajaran disusun sesuai dengan kompetensi yang diharapakan, bai menyangkut data, fakta, konsep, prisnsip, dan atau mungkin keterampilan. Sedangkan proses menunjukkan bagaimana seharusnya siswa mengalami proses pembelajaran.
Ketiga, adalah pengembangan alat evaluasi, yang memiliki fungsi utama, yaitu evaluasi formatif dan sumatif. Evaluasi formatif dilakukan untuk melihat sejauh mana efektivitas program yang telahj disusun oleh guru, untuk perbaikan program pembelajaran. Proses desain instruksional memiliki kajian cukup luas, tidak hanya merencanakan kegiatan pembelajaran di dalam kelas akan tetapi juga merumuskan berbagai hal yang berhubungan dengan kepentingan pembelajaran.
Model desain system instruksional (DSI-PK) memiliki karakteistik sebagai berikut:
1. Model desain yang sederhana dengan tahapan yang jelas dan bersifat praktis
2. Secara jelas menggambarkan langkah-langkah yang ditempuh, sehingga guru tidak lagi dihadapkan pada persoalan konseptual yang rumit dan bersifat abstrak.
3. Merupakan pengembangan dari analisis kebutuhan
4. Ditekankan pada penguasaan kompetensi sebagai hasil belajar yang dapat diukur.
Seperti kita ketahui, KBK dan KTSP merupakan uapaya untuk mempersiapkan peserta didik agar memiliki kemampuan intelektual, emosional, spiritual dan social yang bermutu tinggi. Dalam rangka inilah DSI-PK dikembangkan.
Kerangka berfikir DSI-PK adalah menggunakan pendekatan system. Sistem dapat diartikan sebagai keseluruhan dari bagian-bagian yang saling berkaitan dan bekerja sama untuk mencapai hasil yang diharapkan berdasarkan kebutuhan yang telah ditetapkan.
Perencanaan adalah suatu proses dan cara berpikir yang dapat membantu menciptakan hasil yang diharapkan . Melalui proses perencanaan dapat ditentukan berbagai hal yang dapat mendukung ketercapaian tujuan, termasuk memprediksi setiap hambatan yang mungkin muncul selama proses berlangsung, Dengan demikian, bekerja dengan system dapat terhindar dari keberhasilan secara kebetulan, sebab melalui perencanaan dalam suatu system para pengembang dapat menggunakan dan memanfaatkan segala potensi yang ada untuk pencapaian keberhasilan,

Sumber Rujukan:
1. Abdul Gafur dkk, Desain Instruksional, Tiga Serangkai, Jakarta, 1980.
2. Ely, Donald P., Insstructional Design and Development, Syracuse University Publisher, 1978.
3. Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain system Pembelajaran, Kencana Prenada Media Group, 2008.

Pos ini dipublikasikan di Uncategorized. Tandai permalink.

2 Balasan ke MODEL DESAIN SISTEM PEMBELAJARAN BERORIENTASI PENCAPAIAN KOMPETENSI (DSI-PK)

  1. anatut berkata:

    ada skripsinya gk

Tinggalkan Balasan ke anatut Batalkan balasan